ARTIKEL - SEJARAH GENTENG ASPAL BITUMEN

Genteng Sirap Aspal Bitumen pertama kali dikembangkan pada tahun 1893 dalam bentuk Rol tanpa batuan. Pada tahun 1897 butiran batu kapur ditambahkan ke permukaan untuk membuat material lebih tahan lama. Jenis butiran yang telah diuji ditambahkan mika, kulit tiram, batu kapur, dolomit, fly-ash, silika dan tanah liat.

Pada tahun 1901 bahan ini pertama kali dipotong dengan bentuk 3 tab atau multi tab, digunakan secara umum di beberapa bagian Amerika sebagai Genteng Sirap Aspal Bitumen.

Semua Genteng Sirap Aspal Bitumen pada awalnya berbahan dasar aspal dan bahan organic, (terutama kapas kain) Sampai tahun 1920-an ketika kapas kain menjadi lebih mahal, sebagai alternatif digunakan bahan organik lainnya sebagai felt termasuk wol, rami atau manila, dan pulp kayu.

Pada tahun 1926 Asphalt Shingle di uji oleh Research Institute dan Badan Standar Nasional. Diuji dua puluh dua jenis kempa eksperimental dan hasil Uji nya tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam kinerja.

Pada tahun 1939 sudah 11 juta bundle genteng Sirap aspal bitumen diproduksi. belum memakai perekat antar genteng.

Pada tahun 1950 perekat antar genteng atap sirap mulai digunakan secara manual untuk membantu mencegah kerusakan akibat angin.

Pada tahun 1960 lembaran fiberglass sebagai lapisan dasar disosialisasikan dengan sukses. Dengan memakai lembaran fiberglass genteng sirap aspal bitumen lebih ringan, fleksibel dan terbukti tidak rentan terhadap kerusakan angin terutama pada suhu beku.

Pada tahun 1990 Aspal Roofing Manufacturers Association (ARMA) membentuk team melanjutkan penelitian untuk meningkatkan ketahanan angin pada genteng sirap aspal bitumen.

Dan saat ini sudah banyak bermunculan Genteng Shingle Aspal bitumen dengan berbagai merk dengan menyesuaikan kondisi lingkungan atapun cuaca di Indonesia.